a


322

Sabtu, 13 Februari 2010

BELAJAR MENGAJAR

Prinsip Belajar Mengajar


            Didaktik adalah sebagaian dari pedagogik atau ilmu mendidik anak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa didaktik adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimilki oleh siswa.
            Prinsip-prinsip yang sering dikemukakan meliputi prinsip apersepsi, peragaan, motivasi, korelasi, dan evaluasi yang teratur.
            Prinsip-prinsip yang utama untuk dihayati dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

1.   Prinsip Apersepsi
            Herbart (1841) menyatakan bahwa apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Apersepsi digunakan dalam mengajar dengan maksud untuk mempermudah memahami ide-ide yang baru dipelajari dengan mangaitkan pada pemahaman ide yang telah dimiliki  siswa. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. Karena itu pelajaran harus selalu dibangun di atas pengetahuan yang telah ada.

2.   Prinsip Peragaan
      Ada pepatah yang menyatakan:
·         Saya dengar, saya lupa
·         Saya lihat, saya tahu
·         Saya kerjakan, saya mengerti
   
      Konsep akan mudah dipahamai jika siswa aktif memanipulasi benda konkrit dan semi konkrit sebagai model representasi dari konsep yang abstrak. Prof. Burner juga mengatakan kepada kita dengan teorema belajarnya yang dikenal dengan:

      a.   Teorema Konstruktif
            Dimana anak lebih mudah belajar mengkonstruksikan ide-ide abstrak ke dalam struktur kognitifnya jika dengan menggunakan peragaaan konkrit (enactiive) dilanjutkan ke tahap semi konkrit (iconic) baru ke tahap abstrak (simbolik).

      b.   Teorema Notasi
            Untuk mengajarkan matematika yang begitu banyak symbol-symbol yang harus dipahami maknanya harus dipahami secara bertahap dari yang paling sederhana sesuai tingkat pemahaman siswa. Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif.Para siswa akan lebih tertarik jika peragaan tersebut mampu menggambarkan aktivitas yang sebenarnya.

      c.   Teorema Kekontrasan dan Variasi
            Untuk mengajarkan bentuk segitiga, perlu diberikan contoh yang bukan segitiga, misalnya terbuat dari kertas manila, atau bentuk-bentuk segitiga yang terdapat di lingkungannya. Demikian juga variasi dalam menggambar bangun-bangun segitiga perlu dikembangkan supaya siswa tidak berpandangan sempit terhadap konsep yang dipelajari. Misal, untuk menggambarkan segitiga siku-siku perlu digambarkan dalam berbagai posisi. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menerima siswa untuk menjelaskan kekontrasan anatara: siang dan malam, terang dan gelap, lurus dan begkok , dan sebagainya.



      d.   Teorema Konektivitas.
            Untuk mengajarkan sesuatu konsep tertentu perlu diorganisasikan dengan urutan yang tidak begitu saja dapat dibolak-balik karena konsep yang satu diperlukan untuk memahami konsep yang lain.


3.   Prinsip Motivasi
            Salah satu fungsi yang melekat pada diri guru adalah guru sebagai motivator anak didik agar memiliki semangat dan kemauan belajar yang lebih tinggi. Ada dua macam motivasi pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan (motivasi intrinsik), dan ada yang dibangkitkan oleh pegaruh dari luar (motivasi ekstrensik). Tugas guru adalah mendorong siswa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar.

      Ada beberapa  tindakan yang baik dalam memotivasi siswa, antara lain:
      a.   Memberi angka.
      b.   Hadiah atau penghargaan.
      c.   Menumbuhkan rasa sukses.
      d.   Kerjasama.
      e.   Membangun suasana yang sejuk dan menyenangkan.
      f.    Membangkitkan  minat siswa.

4.   Prinsip Belajar Aktif.
            Pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lain dalam sustu proses belajar mengajar di atas. Menurut Mc. Keachie (1954) siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan phisik.

5.   Prinsip Kerjasama
            Wujud nyata dalam proses belajar mengajar adalah diharapkan keterlibatan setiap siswa di dalam tugas-tugas klasikal atau kelompok. Tugas guru adalah mengakomodasikan dan memfasilitasi agar kegiatan kelompok dapat berlangsung secara produktif dan dinamis.

6.   Prinsip Mandiri
            Siswa perlu dibiasakan untuk mencapai kepuasan dengan usaha yang keras dari diri siswa sendiri. Pendidikan tidak boleh terlalu memanjakan anak, bantuan yang kita berikan sifatnya hanya berupa kail untuk dapat memancing penyelesaian masalah oleh siswa sendiri. Perlu ditanamkan pada siswa motto “Tidak ada sukses tanpa kerja keras”.

7.   Prinsip Penyesuaian Dengan Individu Siswa.
            Idealnya karena adanya perbedaan setiap idividu siswa maka dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa tentu dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda pula.

8.   Prinsip Korelasi.
            Prinsip korelasi pada intinya adalah mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran, dan mengaitkan hubungan atau manfaat suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam perkembangan IPTEK. Penerapan prinsip korelasi juga dapat meningkatkan daya tarik minat, dan motivasi siswa terhadap proses pembelajaran.

9.   Prinsip Evaluasi Yang Teratur.
            Kegiatan mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar yang ditunjukkan oleh kinerja siswa dalam belajar perlu dilakukan secara teratur dan kesinambungan selama dan setelah proses belajar mengajar berlangsung.
      Evaluasi proses dan hasil belajar harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
      a.   Menyeluruh
      b.   Berkesinambungan
      c.   Berorientasi pada tujuan
      d.   Obyektif
      e.   Terbuka
      f.    Bermakna
      g.   Mendidik