a


322

Kamis, 26 April 2012

DESAIN PAI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

 Miftakhuddin, S.Ag
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya tugas makalah individu yang berjudul “Desain PAI dengan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)” ini, maka tiada kata ataupun kalimat yang pantas untuk di ucapkan kecuali kalimat puji syukur alhamdulillah kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
“Manusia tidak luput dari salah maupun lupa” kata itulah yang kerap kali kita dengar ketika kita melakukan suatu kesalahan. Begitu pula dengan penulis, dia menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah ini. Karena itu kritik dan saran sangat diperlukan oleh penulis  agar dia bisa lebih baik dalam mengerjakan tugas-tugas berikutnya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen pembina mata kuliah Desain Pembelajaran PAI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan berlatih menulis makalah dengan baik, dan kepada pihak-pihak yang telah memberikan semangat demi terwujudnya makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan karakteristik siswa atau daerah tempat pembelajaran. Aplikasi pendekatan CTL bermula dari penelitian John Dewey pada tahun 1916 yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang didpelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekililingnya.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan 7 (tujuh) komponen utama pembelajaran efektif yaitu konstruktivisme (constructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya (Tim Depdiknas, 2002:2). Dengan kata lain, guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai sumber ilmu pengetahuan satu-satunya dalam PBM yaitu memberikan fasilitas kepada siswa, berupa strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang baru, sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, metode dan pendekatan serta model yang telah dipilih, merupakan alat komunikasi yang baik antara pengajar dan anak, sehingga setiap pengajaran yang disajikan dapat memberikan motivasi belajar dan dapat meningkatkan prestasi siswa. Oleh karena itu, dengan melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membangun pengetahuannya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
  2. Bagaimana Desain PAI dengan strategi pembelajaran Kontekstual (CTL)
1.3 Tujuan
  1. Agar mengetahui pengertian penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
  2. Agar mengetahui bagaimana Desain PAI dengan strategi pembelajaran Kontekstual (CTL).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada dasarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip-prinsipnya bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey yang menganjurkan agar kurikulum dan metodologi pengajaran dipertautkan dengan pengalaman dan minat siswa. Proses belajar akan sangat efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah system yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
Sedangkan menurut Johnson (2002) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuaan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, budaya mereka[1].
Menurut Depdiknas (2003 : 5) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan medorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Nurhadi Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.[2]
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses menkostuksikan sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Contextual Teaching and Learning (CTL) memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Kontekstual memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna baru.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses.
2.2 Desain PAI dengan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
CTL merupakan salah satu alternatif pilihan pendekatan dalam pembelajaran yang relevan dalam konteks KBK. Mata pelajaran PAI yang nota bene - nya komponen tidak terpisahkan dalam mata pelajaran lainnya juga harus mempraktikkan pendekatan pemebelajaran CTL. Berdasarkan tujuan dan fungsi materi PAI, maka CTL menjadi sangat penting dan segera dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Pentingnya pendekatan pembelajaran CTL bagi mata pelajaran PAI didasarkan atas beberapa hal.
Pertama. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itu PAI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam.
Kedua, dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang memiliki tujuan pembentukan moral kepribadian peserta didik yang baik. Oleh sebab itu semua mata pelajaran yang memiliki tujuan relevan dengan PAI harus seiring dan sejalan dalam pendekatan pembelajarannya.
Ketiga, tujuan diberikannya mata pelajaran PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam terutama sumber-sumber ajaran dan sendi-sendi lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
Keempat, mata pelajaran PAI tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar menguasai ilmu keislaman tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian.
Kelima, prinsip dasar PAI didasarkan pada tiga kerangka dasar yaitu akidah (penjabaran dari konsep iman), syariah (penjabaran dari konsep Islam), akhlak (penjabaran dari konsep ihsan).
Keenam, dilihat dari aspek tujuan, PAI bersifat integratif, yaitu menyangkut potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian (afektif) dan potensi keterampilan mekanik (psikomotorik). Oleh sebab itu pembelajaran PAI harus mampu mengembangkan semua potensi secara pararel tanpa menafikan potensi lain yang dimiliki oleh siswa.
Pendekatan pembelajaran CTL memiliki enam (5) komponen. Pertama. Berdasarkan falsafah konstruktivisme, yaitu suatu aliran filsafat berisi tentang pengetahauan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Oleh sebab itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa, memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan menyadarkan siswa agar menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
Bentuk konkrit penerapan konstruksionisme ini dilakukan dengan, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan atau gagasan, mendemonstrasikan, menciptakan ide. Misalnya, ketepatan dalam gerakan shalat, praktik gerakan wudu, tayamum, serta menulis kesan atau perasaan siswa setelah menjalankan shalat.
Kedua, memberikan kesempatan seluas – luasnya bagi siswa untuk menemukan sendiri tenetang konsep atau teori yang diajarkan. Peran guru adalah merancang atau mendesain kegiatan yang memungkinkan terwujudnya kegiatan yang mengarah pada keterampilan menemukan konsep materi yang diajarkan.
Topik mengenai pengertian orang yang menyekutukan Tuhan (musyrik). Tidak selalu konsep menyekutukan Tuhan (musyrik) dilakukan dengan cara menyembah berhala, batu, kuburan. Karena realitas konsep menyekutukan seperti itu sudah tidak mungkin dijumpai siswa dalam kehidupan nyata.
Ketiga, masyarakat belajar memperoleh informasi dilakukan dengan cara bekerja sama dengan orang lain. Anak yang belum lancar membaca Alquran dan belum menguasai ilmu tajwid bertanya kepada temannya yang dianggap sudah lancar.
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing antarteman menjadi ciri esensial dari learning community. Syarat utama agar terjadi learning communityyang efektif, diperlukan komunkasi aktif dua arah antara guru dengan siswa atau diantara sesama siswa sendiri. Praktik learning community dapat dilakukan dengan cara membentuk kelompok dan ahli/ tokoh ke kelas.
Keempat, pemodelan,yaitu cara pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghadirkan tokoh/figur yang dianggap mumpuni dalam topik pelajaran tertentu.
Kelima, refleksi, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberi kesempatan siswa untuk merenungkan atau memikirkan materi yang telah diperoleh. Tujuan refleksi ini agar siswa mengetahui berbagai kesalahan dalam hal konsep atau tindakan yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan pembenahan sehingga terwujud kesempurnaan dalam berfikir maupun berperilaku (bertindak). Refleksi merupakan respon siswa terhadap materi yang telah diberikan guru atau respon terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan siswa sendiri.
Berdasarkan komponen tersebut, akhirnya dapat disimpulkan, karakteristik pendekatan belajar CTL adalah, kerja sama, saling menjunjung, menyenangkan dan tidak membosankan, belajar dengan penuh semangat atau menggairahkan, belajar terintegrasi, menggunakan berbagai sumber dan siswa harus aktif.
Pelaksanaan CTL dalam mata pelajaran PAI menjadi sebuah keharusan, karena akan sangat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati dan mempraktikkan ajaran agama Islam. Meskipun tidak semua topik dalam mata pelajaran PAI dapat didekati dengan CTL, tetapi bukan berarti PAI tidak bisa didekati dengan CTL.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah system yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
Pentingnya pendekatan pembelajaran CTL bagi mata pelajaran PAI didasarkan atas beberapa hal.
Pertama. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam.
Kedua, dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang memiliki tujuan pembentukan moral kepribadian peserta didik yang baik.
Ketiga, tujuan diberikannya mata pelajaran PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt,
Keempat, mata pelajaran PAI tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar menguasai ilmu keislaman tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian.
Kelima, prinsip dasar PAI didasarkan pada tiga kerangka dasar yaitu akidah (penjabaran dari konsep iman), syariah (penjabaran dari konsep Islam), akhlak (penjabaran dari konsep ihsan).
Keenam, dilihat dari aspek tujuan, PAI bersifat integrative.
Pelaksanaan CTL dalam mata pelajaran PAI menjadi sebuah keharusan, karena akan sangat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati dan mempraktikkan ajaran agama Islam. Meskipun tidak semua topik dalam mata pelajaran PAI dapat didekati dengan CTL, tetapi bukan berarti PAI tidak bisa didekati dengan CTL.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Pendekatan Konstektual, Contextual Teaching and Learning (CTL), (Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah).
Kesuma, Dharma, dkk, 2010, Contextual Teaching and Learning, (Yogyakarta : RAHAYASA Research & Training).
Dahar, Ratna Wilis, 1996, Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga
Baharuddin  dan Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media
Sugiyanto, 2010, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka).



[1] Drs, H, Sugiyanto, M, Si., M, Si, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010, hlm, 14 [2] Rusman, Manajemen Kurikulum , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 ), hlm. 241.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar